Sunday, October 29, 2017

KEPERAWATAN GAWAD DARURAT


 “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KEGAWATAN SISTEM PERNAFASAN : ARSD”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam globalisasi khususnya dibidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah berbagai penyakitsalah satunya ARDS yaitu merupkan Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengansesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru akibat kondisiatau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidaklangsung.
Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang timbul pada penderitatanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.Sindrom Gawat Nafas Dewasa (ARDS) jugadikenal dengan edema paru nonkardiogenik merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunanprogresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Dalam sumberlain ARDS merupakan kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebabpulmonal atau nonpulmonal. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis,aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk. Dua kelompok yangtampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan yangmengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah.Kebanyakan kasus sepsisyang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil aerobic gramnegative.Kejadian pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.Ini meliputipeningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema pulmonal nonkardiak.ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan denganmasalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterialwedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin menjadibagian dari gagal organ multiple.Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasuspertahun.Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten,insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui.Laju mortalitas tergantung padaetiologi dan sangat berfariasi.ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas di antara pasientrauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh kurang lebih 50% – 70%.Perbedaan sindromklinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan faktor penyebab.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Acut Respiratory Distress syndrome?
2.      Bagaimana memahami konsep dari ARDS?
3.      Bagaimana Asuhan Keperawatan dari ARDS?

1.3.Tujuan Penulisan
1.      Mampu memahami dan menjelaskan dan tentang ARDS
2.      Memahami konsep dari ARDS
3.      Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada penderita ARDS
4.      Mampu mengaplikasikan nya di dalam kehidupan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan Phyang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankanpertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan padakehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001).
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2001).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ARDS ( gagal nafas akut ) merupakanketidakmampuan atau kegagalan sistem pernapasan oksigen dalam darah sehingga pertukaranoksigen terhadap karbondioksida dalam paru - paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel –sel tubuh.Sehingga tegangan oksigen berkurang danakan peningkatan karbondioksida akan menjadi lebih besar.

2.2    Etiologi
1.      Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikanpernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dandangkal
2.      Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan.Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalarmelalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-ototpernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan ataupertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3.      Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4.      Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5.      Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

2.3    Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing-masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasienmengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.Setelahgagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.Pada gagal nafas kronik strukturparu alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasannormal ialah 16-20 x/mnt.Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuanventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan.
Kapasitasvitaladalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadiobstruksi jalan nafas atas.Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawahbatang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan.Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.Pada periode postoperatif dengan anestesi bisaterjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yangdikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood.Pnemonia atau dengan penyakitparu-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

2.4    Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS :
1.      Peningkatan jumlah pernapasan
2.      Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3.      Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4.      Penurunan kesadaran mental
5.      Takikardi, takipnea
6.      Dispnea dengan kesulitan bernafas
7.      Terdapat retraksi interkosta
8.      Sianosis
9.      Hipoksemia
10.  Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
11.  Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop

2.5    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan laboratorium
2.      Pemeriksaan fungsi ventilasi
a.    Frekuensi pernafasan per menit
b.    Volume tidal
c.    Ventilasi semenit
d.   Kapasitas vital paksa
e.    Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f.     Daya inspirasi maksimum
g.    Rasio ruang mati/volume tidal
h.    PaCO2, mmHg.
3.      Pemeriksaan status oksigen
4.      Pemeriksaan status asam-basa
Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada PaO2, PaCO2, danpH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH <7,35.
5.      Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6.      Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7.      Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum) untuk menentukanpenyebab utama dari kondisi pasien.
8.      Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9.      EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan, disritmia.
10.  Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a.    Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karenahiperventilasi
b.    Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
c.    Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
d.   Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11.  Pemeriksaan Rontgent Dada :
a.    Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b.    Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
12.  Tes Fungsi paru :
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat

2.6    Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancama kehidupan dengansegera, antara lain :
1.    Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara potensial mempunyaiefek samping toksik.Pasien tanpa riwayat penyakit paru-paru tampak toleran denganoksigen 100% selama 24-72 jam tanpa abnormalitas fisiologi yang signifikan.
2.    Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis.Terapi modalitas ini bertujuanuntuk memmberikan dukungan ventilasi sampai integritas membrane alveolakapilerkembali membaik. Dua tujuan tambahan adalah :
a.    Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode kritis hipoksemia berat.
b.    Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress pernapasan.
3.    Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator dengan tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat ditambahkan.PEEB di pertahankandalam alveoli melalui siklus pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps pada akhirekspirasi.
4.    Memastikan volume cairan yang adekuat
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati pasien ARDS, sebabpasien dengan ARDS membutuhkan 35 sampai 45 kkal/kg sehari untuk memmenuhikebutuhan normal.
5.    Terapi Farmakologi
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan ARDS adalah controversial, padakenyataanya banyak yang percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat memperberatpenyimpangan dalam fungsi paru dan terjadinya superinfeksi.Akhirnya kotrikosteroidtidak lagi di gunakan.
6.    Pemeliharaan Jalan Napas
Selang endotrakheal disediakan tidak hanya sebagai jalan napas, tetapi juga berartimelindungi jalan napas, memberikan dukungan ventilasi kontinu dan memberikankosentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan napas meliputi : mengetahui waktupenghisapan, tehnik penghisapan, dan pemonitoran konstan terhadap jalan napas bagianatas.
7.    Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah sertapencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang telah di lakukan di rumah sakit.
8.    Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masaalah kritis.Nutrisiparenteral total atau pemberian makanan melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk menghindari gagal napas sehubungan dengan nutrisi burukpada otot inspirasi.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KEGAWATAN SISTEM PERNAFASAN:ARDS

3.1    Pengkajian
1.    Pengkajian primer
a.       Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
1)      Peningkatan sekresi pernapasan
2)      Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
3)      Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
4)      Jalan napas bersih atau tidak
b.      Breathing
1)         Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
2)         Frekuensi pernapasan : cepat
3)         Sesak napas atau tidak
4)         Kedalaman Pernapasan
5)         Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
6)         Reflek batuk ada atau tidak
7)         Penggunaan otot Bantu pernapasan
8)         Penggunaan alat bantu pernapasan ada atau tidak
9)         Irama pernapasan : teratur atau tidak
10)     Bunyi napas normal atau tidak
c.       Circulation
1)      Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2)      Sakit kepala
3)      Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
4)      Papiledema
5)      Penurunan haluaran urine
d.      Disability
1)      Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
2)      Adanya trauma atau tidak pada thorax
3)      Riwayat penyakit dahulu / sekarang
4)      Riwayat pengobatan
5)      Obat-obatan / Drugs

2.    Pemeriksaan fisik
a.       Mata
1)        Konjungtiva pucat (karena anemia)
2)        Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
3)        Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b.      Kulit
1)      Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2)      Sianosis secara umum (hipoksemia)
3)      Penurunan turgor (dehidrasi)
4)      Edema
5)      Edema periorbital
c.       Jari dan kuku
1)      Sianosis
2)      Clubbing finger
d.      Mulut dan bibir
1)      Membrane mukosa sianosis
2)      Bernafas dengan mengerutkan mulut
e.       Hidung : pernapasan dengan cuping hidung
f.       Vena leher : adanya distensi/bendungan
g.      Dada
1)      Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea, atau
2)      obstruksi jalan pernafasan)
3)      Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
4)      Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran /rongga
5)      pernafasan)
6)      Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
7)      Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural
8)      friction)
9)      Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
h.      Pola pernafasan
1)        Pernafasan normal (eupnea)
2)        Pernafasan cepat (tacypnea)
3)        Pernafasan lambat (bradypnea)

3.2    Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
b.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
c.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar

3.3  Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan

Status pernafasan
Kriteria hasil :
1)      Mampu mengeluarkan sekret
2)      Tidak ada suara nafas tambahan
3)      Tidak ada pernafasan cuping hidung
4)      Tidak ada akumulasi sputum
Manajemen jalan nafas
a.       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b.      Penghisapan lendir pada jalan nafas
c.       Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
d.      Kelola pemberian bronkodilator
e.       Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
f.       Monitor status pernafasan dan oksigenasi

2
a.       Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi

Status respirasi : ventilasi
Kriteria hasil :
1)      Frekuensi pernapasan dalam batas normal
2)      Volume tidal dalam kisaran normal
3)      Tidak ada retraksi dindng dada
4)      Pengembangan dinding dada normal

Monitor Pernafasan
a.       Bantuan Ventilasi
b.      Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
c.       Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan penggunaan otot bantu nafas
d.      Monitor pola nafas
e.       Monitor TTV
f.       Monitor saturasi O2
g.      Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
h.      Catat perubahan terhadap SaO2, volume tidal, dan perubahan nilai AGD dengan tepat
Terapi Oksigen
a.       Monitor aliran oksigen
b.      Monitor efektivitas terapi oksigen
c.       Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
d.      Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen
3
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
Status pernafasan : pertukaran gas
Kriteria hasil :
1)      Tekanan parsial oksigen didarah arteri normal
2)      Tekanan parsial karbondioksida didarah arteri normal
3)      PH arteri normal
Manajemen asam basa
a.       Pertahankan kepatenan jalan nafas
b.      Posisikan pasien untuk mendpatkan ventilasi yang adekuat
c.       Monitor AGD
d.      Berikan terapi oksigen dengan tepat
e.       Monitor pola pernafasan
f.       monitor adanya gejala kegagalan pernafasan
g.      Berikan terapi oksigen dengan tepat



BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru biasanya terjadi pada orang yangsebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal (Hudak, 1997 ).Diagnosa keperawatan tang muncul adalah :Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan secret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan dipermukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli, resiko tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.

4.2    Saran
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada kliendengan ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien dimana pun seorang perawat bekerja jika menemukan pasien dengan kasus ARDS.


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC). Edisi 6. Elsevier : ISBN

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta

Herdman, T. Heather, Kamitsuru, Shigemi. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan ; definisi dan klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Krisanty, Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. EGC. Jakarta

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi 6. Elsevier : ISBN



No comments:

Post a Comment