Sunday, July 4, 2021

Komunikasi Terapeutik


Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang, sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima (Suari dan Bakhtiar, 2010).
Komunikasi terapeutik ialah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien ,yang selama interaksi berlangsung ,perawat berfokus pada keputusan khusus klien,untuk meningkatkan pertukaraan informasiyang efektif antara perawat dan klien .Keterampilan dalam menggunakan teknik komunikasi terapeutik membantu perawat  memahami dan berempaati terhadap pengalaman klien (Vibebeck dan Sheila, 2008).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, karena melalui komunikasi terapeutik perawat bisa membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Suryani, 2006).
2.1.2        Tujuan Komunikasi Therapeutik
Menurut Suryani (2006) komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan pasien yang meliputi  :
a.       Relisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi therapeutik diharapkan terjadi perubahan pada diri klien, yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
b.      Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Melalui komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya perawat akan membina hubungan saling percaya.
c.       Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Kadang klien menetapkan idela diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
d.      Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri, termasuk didalamnya status, peran dan jenis kelamin.
2.1.3        Model Komunikasi Terapeutik
Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang berkomunikasi. Model komunikasi tersebut antara lain :
a.       Komunikasi secara langsung / verbal
Tujuan komunikasi verbal adalah memberikan kesempatan bagi individu
untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.
b.      Komunikasi non verbal
Yaitu komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan sikap tubuh. Komunikasi ini meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Terdapat beberapa kunci dalam komunikasi non verbal, yaitu :
1)      Lingkungan, tempat dimana komunikasi dilaksanakan
2)      Penampilan, pemakaian pakaian, kosmetik dan sesuatu yang menarik
3)      Kontak mata, bermakna kesediaan seseorang untuk berkomunikasi
4)      Postur tubuh dan gerakan, bobot suatu pesan bisa ditingkatkan dengan orang yang menunjukkan telujuknya, berdiri atau duduk
5)      Ekspresi wajah, komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan (Kuntoro, 2010)
2.1.4        Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Terjadinya Hubungan Terapeutik
Ada beberapa karakteristik perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, antara lain :
a.       Kejujuran
Tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat. Sikap yang tidak jujur dari perawat bisa menyebabkan klien menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh. Misalnya perawat harus menerangkan dengan jujur dan jelas mengapa klien harus berpuasa sehari sebelum dilakukan suatu prosedur, atau perawat harus menjawab jujur ketika klien menanyakan tentang perkembangan penyakitnya.

b.      Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien dan tidak berlebit-belit. Ketidak sesuaian verbal dan non verbal perawat dapat menimbulkan kebingungan bagi klien. Misalnya ketika perawat mengatakan mengerti dengan perasaatn klien, maka perawat harus menatap mata klien dengan tatapan penuh pengertian, dan badan sedikit membungkuk ke arah klien.
c.       Bersikap positif
Sikap ini sangat penting dalam membuna hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Sikap ini ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan pada klien. Untuk itu, perlu adanya penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Sikap negatif terhadap klien seperti meremehkan, berbicara sambil melakukan tindakan lain atau menilai sikap klien. Rusaknya hubungan terapeutik bisa menghambat tujuan yang ingin dicapai.
d.      Empati bukan simpati
Dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien, sehingga mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien. Sedangkan perawat yang berskap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
e.       Mampu melihat permasalahan dari kaca mata klien
Perawat harus mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien, sehingga perawat dituntut untuk memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam mendengarkan semua ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan permasalan klien berdasarkan pengalaman yang dialaminya dan memberikan saran yang tergesa-gesa, maka bisa berakibat fatal seperti tidak bisa memecahkan masalah klien atau klien merasa tidak puas karena keputusan yang diambil bukan keputusannya sendiri.
f.       Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik tidak akan memandang hina pada klien dan keluarganya. Menilai klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya, seperti perkataan “kok gitu aja nanigs” atau “masak kamu gitu sih”.
g.      Sensitif terhadap perasaan klien
Jika saat berkomunikasi, perawat tidak sensitif terhadap perasaan klien, bisa saja perawat menyinggung perasaan klien. Misalnya, karena tertarik dengan permasalahan perselingkungan suami klien, perawat dengan tergesa-gesa bertanya tentang perselingkungan tersebut dengan mengabaikan privacy klien, padahal baru berkenalan dengan klien.
h.      Tidak mudah terpengaruh oleh amsa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa
lalu tidak akan mampu berbuat yang terbaik di hari ini. Perawat harus mampu membimbing klien untuk melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini (Suryani, 2006).
Dalam melakukan teknik berkomunikasi terapeutik, terdapat 3 keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan terapeutik antara perawat dan klien, yaitu :
a.       Kehadiran atau keberadaan perawat.
Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan psikologis dalam berkomunikasi. Kehadiran fisik antara lain mencakup mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian terhadap ucapan dan perilaku klien. Kehadiran psikologis yaitu mendengarkan secara aktif dengan telinga, pikiran dan perasaan, kata-kata yang diucapkan klien dan perilaku non verbal. Perawsat mengikuti apa yang dibicarakan klien dan memperhatikan klien serta memberi tanggapan dengan tepat.
b.      Perilaku  non verbal
Perilaku non verbal tersebut antaralah lain :
1)        Aktifitas fisik, meliputi gerakan tubuh, ekspresi wajah, sikap atau postur tbuh, kontak mada dan gerakan serta sentuhan
2)        Vokalis, meliputi bahasa yang digunakan dengan pengaturan tekanan suara atau nada bicara dan kecepatan bicara
3)        Jarak antar pembicara 45 – 120 cm, sehingga memungkinkan kontak mata dan sentuhan
c.       Keterampilan memberi respons
Digunakan untuk menyampaikan pengertian kepada klien, memberikan
umpan balik, dan memperjelas pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku klien. Kemampuan tersebut meliputi :
1)      Empati, yaitu merasakan apa yang diapami klien
2)      Kesetiaan, yaitu bersikap terbuka, jujur dan tulus
3)      Kesiapan diri, yaitu oeka atau mau menyediakan diri untuk membantu kline
4)      Bersikap objektif dan konkret, berdasarkan kenyataan
5)      Menerima klien, dengan menghargai, menghormati dan memperhatikannya
6)      Bersikap asertif, yaitu dapat mengemukakan ketidaksesuaian pendapat tanpa menyinggung perasaan, menyakiti hati atau merugikan orang lain (Suarli dan Bahtiar, 2010).
2.1.5        Tahapan Komunikasi Terapeutik
a.       Tahap persiapan
Pada tahap ini perawat menggali perasan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Perawat juga mencari informasi tentang klien, kemudian merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1)      Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan klien
2)      Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri, agar perawat mampu mengatasi kelemahannya dan menggunakan kekuatannya secara maksimal.
3)      Mengumpulkan data tentang klien
4)      Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
b.      Tahap perkenalan
Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka
pada klien dan akan mendorong klien untuk membuka dirinya. Tahap ini dilakukan pada setiap awal pertemuan. Kegagalan pada tahap orientasi akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi. Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1)      Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka
2)      Merumuskan kontrak bersama klien, antara lain tempat, waktu pertemuan dan topik pembicaraan
3)      Menggali pkiran dan perasaan serta identifikasi amsalah klien
4)      Merumuskan tujuan dengan tujuan
c.       Tahap kerja
Perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkapkan perasaan dan pikiranya, perawat juga dituntut untuk peka dan memiliki analisis tinggi terhadap perubahan respon verbal maupun non verbal klien. Teknik komunikasi terapeutik yang sering digunakan pada tahap ini antara lain eksplorasi, reflekssi, berbagi persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan. Pada tahap ini diharapkan perawat mampu menyimpulkan percakapan dengan klien, untuk membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.
d.      Tahap terminasi
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat klien,
sedangkan terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan. Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1)      Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
2)      Melakukan evaluasi subjektif, untuk menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat
3)      Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau interaksi yang akan dilakukan berikutnya.
4)      Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya (Suryani, 2006).
2.1.6        Hambatan Dalam Berkomunikasi
Hambatan yang terjadi dalam berkomunikasi antara perawat dan klien dapat teratasi apabila perawat mengetahui beberapa ucapan yang perlu dihindari dalam kondisi seperti di bawah ini :
a.       Memberi nasehat atau memberi tahu cara pemecahan masalah keperawatan yang menunjukkan seakan-akan klien tidak mampu melakukan sendiri
b.      Berupaya untuk menentramkan hati, dimana perawat memberikan informasi tidak berdasarkan fakta tetapi lebih bertujuan untuk memberikan perasaan senang.
c.       Mengalihkan pembicaraan mengenai hal-hal yang mengancam kepada hal-hal yang kurang mengancam
d.      Membuat penlaian terhadap perilaku klien berdasarkan sistem nilai yang dianut perawat
e.       Menunjukkan perilaku yang berfokus pada diri perawat
f.       Memberikan pengarahan atau petunjuk yang harus diikuti dengan mengabaikan kemampuan klien, dan menganggap klien tidak mampu mengatasi masalahnya.
g.      Mengajukan pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan perasaan klien
h.      Memberikan komentar klise dengan kata-kata secara spontan tanpa tujuan yang jelas (Suarli dan Bahtiar, 2010).
2.1.7        Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
Menurut Suarli dan Bachtiar (2010), ada dua factor yang mempengaruhi kinerja yaitu motivasi dan lingkungan.
a.       Motivasi
Fungsi manajer dalam meningkatkan kinerja staf didasarkan pada factor-faktor motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi:
1)      Keinginan akan adanya peningkatan
2)      Rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi
3)      Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilia-nilai  yang diperlukan
4)      Adanya umpan balik
5)      Adanya kesempatan untuk mencoba pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan
6)      Adanya instrument kinerja untuk promosi, kerja sama dan peningkatan penghasilan
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan kunci dalam motivasi. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan.
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam kinerja seseorang. Faktor lingkungan tersebut meliputi komunikasi, potensi pengembangan, dan kebijakan individual. Faktor lingkungan tersebut meliputi :
1)      Komunikasi, berupa penghargaan terhadap usaha yang e dilakukan, pengetahuan tentang kegiatan organisasi dan rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi
2)      Potensi pengembangan. Kesempatan untuk berkembang, meningkatkan karier dan mendapatkan promosi, dukungan untuk tumbuh dan berkembang seperti pelatihan
3)      Kebijakan individual, yaitu tindakan untuk mengakomodasi kebutuhan individu seperti jadwal kerja, liburan, cuti sakit, serta pembiayaan
2.1.8        Teknik Komunikasi Terapeutik
Dalam menanggapi respon yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1.      Bertanya, dapat mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya
2.      Mendengarkan, merupakan proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima
3.      Mengulang, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh pasien. Hal ini menunjukkan bahwa perawat sedang mendengarkan dan memvalidasi, menguatkan dan mengembalikan perhatian klien pada sesuatu yang telah diucapkan
4.      Klarifikasi, yaitu menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti ungkapannya
5.      Refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien, dengan tujuan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat dan penghargaan terhadap klien.
6.      Memfokuskan, bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk menambah masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan
7.      Diam, digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat
8.      Memberi informasi, merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien
9.      Menyimpulkan, adalah teknik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien
10.  Mengubah cara pandang, untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat seseuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja
11.  Eksplorasi, untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien
12.  Membagi persepsi, yaitu meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan
13.  Mengidentifikasi tema, perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan mampu menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut
14.  Humor, dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi
15.  Memberi pujian, merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat, untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Suryani, 2006).
Perawat seringkali mengembangkan komunikasi yang berorientasi pada tugas, bukan berfokus pada klien. Konsekuensinya perawat membatasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya. Karena itu, perawat perlu memahami teknik komunikasi yang tepat dalam berkomunikasi dengan klien. Disamping itu, perawat juga perlu mempelajari teknik komunikasi yang kurang tepat agar tidak menggunakannya ketika berkomunikasi dengan pasien. Teknik komunikasi yang kurang tepat tersebut adalah :
a.       Memberi jaminan, walaupun tujuannya untuk menenangkan. Hal ini bisa menimbulkan ketidak percayaan pasien, jika apa yang dikatakan perawat tersebut tidak benar.
b.      Memberikan penilaian, karena dapat mengakibatkan pasien merasa bahwa perawat mengabaikan perasaan pasien atau merendahkan dirinya
c.       Memberikan komentar klise  / itu-itu saja/ terlalu umum, karena bisa menyebabkan klien bosan atau ragu apakah perawat benar-benar mendukung apa yang telah dilakukannya
d.      Memberi saran, apabila saran tidak mampu mengatasi masalah maka klien akan menyalahkan perawat
e.       Mengubah pokok pembicaraan, konsekuensinya perawat gagal menggali masalah klien yang sebenarnya, sehingga masalah pasien tidak teratasi
f.       Defensif, karena sebetulnya perawat sedang menutupu kekurangan atau kelemahannya. Respon defensive juga menunjukkan bahwa perawat kurang peduli dengan kebutuhan pasien (Suryani, 2006).