Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi
adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasehat yang
terjadi antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk
dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang, sehingga
orang lain dapat mengerti dan menerima (Suari dan Bakhtiar, 2010).
Komunikasi terapeutik ialah suatu interaksi
interpersonal antara perawat dan klien ,yang selama interaksi berlangsung
,perawat berfokus pada keputusan khusus klien,untuk meningkatkan pertukaraan
informasiyang efektif antara perawat dan klien .Keterampilan dalam menggunakan
teknik komunikasi terapeutik membantu perawat
memahami dan berempaati terhadap pengalaman klien (Vibebeck dan Sheila, 2008).
Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi, karena melalui komunikasi terapeutik perawat bisa membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain (Suryani, 2006).
2.1.2
Tujuan
Komunikasi Therapeutik
Menurut Suryani (2006) komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan pasien
yang meliputi :
a. Relisasi
diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi
therapeutik diharapkan terjadi perubahan pada diri klien, yang tadinya tidak
bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi
terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
b. Kemampuan
membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain.melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana
menerima dan diterima orang lain. Melalui komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya perawat akan membina hubungan saling percaya.
c. Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang
realistis. Kadang klien menetapkan idela diri atau tujuan yang terlalu tinggi
tanpa mengukur kemampuannya.
d. Rasa
identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri, termasuk
didalamnya status, peran dan jenis kelamin.
2.1.3
Model
Komunikasi Terapeutik
Terdapat
beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang
berkomunikasi. Model komunikasi tersebut antara lain :
a.
Komunikasi secara langsung / verbal
Tujuan komunikasi verbal adalah
memberikan kesempatan bagi individu
untuk mengekspresikan perasaannya secara
langsung, jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan
bicara.
b.
Komunikasi non verbal
Yaitu komunikasi dengan menggunakan
ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan sikap tubuh. Komunikasi ini meliputi
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Terdapat beberapa
kunci dalam komunikasi non verbal, yaitu :
1)
Lingkungan, tempat dimana komunikasi
dilaksanakan
2)
Penampilan, pemakaian pakaian, kosmetik
dan sesuatu yang menarik
3)
Kontak mata, bermakna kesediaan
seseorang untuk berkomunikasi
4)
Postur tubuh dan gerakan, bobot suatu
pesan bisa ditingkatkan dengan orang yang menunjukkan telujuknya, berdiri atau
duduk
5)
Ekspresi wajah, komunikasi yang efektif
memerlukan respons wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan (Kuntoro,
2010)
2.1.4
Karakteristik
Perawat yang Memfasilitasi Terjadinya Hubungan Terapeutik
Ada beberapa
karakteristik perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,
antara lain :
a.
Kejujuran
Tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan
bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat. Sikap yang
tidak jujur dari perawat bisa menyebabkan klien menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh. Misalnya perawat harus
menerangkan dengan jujur dan jelas mengapa klien harus berpuasa sehari sebelum
dilakukan suatu prosedur, atau perawat harus menjawab jujur ketika klien
menanyakan tentang perkembangan penyakitnya.
b.
Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata
yang mudah dimengerti oleh klien dan tidak berlebit-belit. Ketidak sesuaian
verbal dan non verbal perawat dapat menimbulkan kebingungan bagi klien.
Misalnya ketika perawat mengatakan mengerti dengan perasaatn klien, maka
perawat harus menatap mata klien dengan tatapan penuh pengertian, dan badan
sedikit membungkuk ke arah klien.
c.
Bersikap positif
Sikap ini sangat penting dalam membuna
hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien.
Sikap ini ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan
pada klien. Untuk itu, perlu adanya penciptaan suasana yang dapat membuat klien
merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Sikap
negatif terhadap klien seperti meremehkan, berbicara sambil melakukan tindakan
lain atau menilai sikap klien. Rusaknya hubungan terapeutik bisa menghambat
tujuan yang ingin dicapai.
d.
Empati bukan simpati
Dengan sikap ini perawat akan mampu
merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien, sehingga mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi
klien. Sedangkan perawat yang berskap simpati tidak mampu melihat permasalahan
secara objektif karena dia terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang
dihadapi klien.
e.
Mampu melihat permasalahan dari kaca
mata klien
Perawat harus mampu melihat permasalahan
dari sudut pandang klien, sehingga perawat dituntut untuk memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam
mendengarkan semua ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan permasalan klien
berdasarkan pengalaman yang dialaminya dan memberikan saran yang tergesa-gesa,
maka bisa berakibat fatal seperti tidak bisa memecahkan masalah klien atau
klien merasa tidak puas karena keputusan yang diambil bukan keputusannya
sendiri.
f.
Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik tidak akan
memandang hina pada klien dan keluarganya. Menilai klien berdasarkan
nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima
klien apa adanya, seperti perkataan “kok gitu aja nanigs” atau “masak kamu gitu
sih”.
g.
Sensitif terhadap perasaan klien
Jika saat berkomunikasi, perawat tidak
sensitif terhadap perasaan klien, bisa saja perawat menyinggung perasaan klien.
Misalnya, karena tertarik dengan permasalahan perselingkungan suami klien,
perawat dengan tergesa-gesa bertanya tentang perselingkungan tersebut dengan
mengabaikan privacy klien, padahal baru berkenalan dengan klien.
h.
Tidak mudah terpengaruh oleh amsa lalu
klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang
apa yang telah terjadi pada masa
lalu tidak akan mampu berbuat yang
terbaik di hari ini. Perawat harus mampu membimbing klien untuk melupakan
kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam
menghadapi masalah yang dihadapi saat ini (Suryani, 2006).
Dalam melakukan teknik
berkomunikasi terapeutik,
terdapat 3 keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan terapeutik
antara perawat dan klien, yaitu :
a.
Kehadiran atau keberadaan perawat.
Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan
psikologis dalam berkomunikasi. Kehadiran fisik antara lain mencakup
mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian terhadap ucapan dan
perilaku klien. Kehadiran psikologis yaitu mendengarkan secara aktif dengan
telinga, pikiran dan perasaan, kata-kata yang diucapkan klien dan perilaku non
verbal. Perawsat mengikuti apa yang dibicarakan klien dan memperhatikan klien serta
memberi tanggapan dengan tepat.
b.
Perilaku
non verbal
Perilaku non verbal tersebut antaralah
lain :
1)
Aktifitas fisik, meliputi gerakan tubuh,
ekspresi wajah, sikap atau postur tbuh, kontak mada dan gerakan serta sentuhan
2)
Vokalis, meliputi bahasa yang digunakan
dengan pengaturan tekanan suara atau nada bicara dan kecepatan bicara
3)
Jarak antar pembicara 45 – 120 cm,
sehingga memungkinkan kontak mata dan sentuhan
c.
Keterampilan memberi respons
Digunakan untuk menyampaikan pengertian
kepada klien, memberikan
umpan balik, dan memperjelas pemahaman
perawat tentang pembicaraan dan perilaku klien. Kemampuan tersebut meliputi :
1)
Empati, yaitu merasakan apa yang diapami
klien
2)
Kesetiaan, yaitu bersikap terbuka, jujur
dan tulus
3)
Kesiapan diri, yaitu oeka atau mau
menyediakan diri untuk membantu kline
4)
Bersikap objektif dan konkret,
berdasarkan kenyataan
5)
Menerima klien, dengan menghargai,
menghormati dan memperhatikannya
6)
Bersikap asertif, yaitu dapat
mengemukakan ketidaksesuaian pendapat tanpa menyinggung perasaan, menyakiti
hati atau merugikan orang lain (Suarli dan Bahtiar, 2010).
2.1.5
Tahapan
Komunikasi Terapeutik
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini perawat
menggali perasan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Perawat juga
mencari informasi tentang klien, kemudian merancang strategi untuk pertemuan
pertama dengan klien. Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1) Mengeksplorasi perasaan, harapan dan
kecemasan klien
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri,
agar perawat mampu mengatasi kelemahannya dan menggunakan kekuatannya secara
maksimal.
3) Mengumpulkan data tentang klien
4) Merencanakan pertemuan pertama dengan
klien
b. Tahap perkenalan
Dengan memperkenalkan dirinya
berarti perawat telah bersikap terbuka
pada klien dan akan mendorong
klien untuk membuka dirinya. Tahap ini dilakukan pada setiap awal pertemuan.
Kegagalan pada tahap orientasi akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan
interaksi. Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan
penerimaan dan komunikasi terbuka
2) Merumuskan kontrak bersama klien, antara
lain tempat, waktu pertemuan dan topik pembicaraan
3) Menggali pkiran dan perasaan serta
identifikasi amsalah klien
4) Merumuskan tujuan dengan tujuan
c. Tahap kerja
Perawat dan klien bekerja
bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap ini
dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkapkan perasaan dan
pikiranya, perawat juga dituntut untuk peka dan memiliki analisis tinggi
terhadap perubahan respon verbal maupun non verbal klien. Teknik komunikasi
terapeutik yang sering digunakan pada tahap ini antara lain eksplorasi,
reflekssi, berbagi persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan. Pada tahap ini
diharapkan perawat mampu menyimpulkan percakapan dengan klien, untuk membantu
klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.
d. Tahap terminasi
Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan perawat klien,
sedangkan terminasi akhir
terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan, perawat tidak boleh terkesan menguji
kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan.
2) Melakukan evaluasi subjektif, untuk
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap
interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan
dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau interaksi yang akan dilakukan
berikutnya.
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
(Suryani, 2006).
2.1.6
Hambatan Dalam Berkomunikasi
Hambatan yang terjadi dalam
berkomunikasi antara perawat dan klien dapat teratasi apabila perawat
mengetahui beberapa ucapan yang perlu dihindari dalam kondisi seperti di bawah
ini :
a. Memberi nasehat atau memberi tahu cara
pemecahan masalah keperawatan yang menunjukkan seakan-akan klien tidak mampu
melakukan sendiri
b. Berupaya untuk menentramkan hati, dimana
perawat memberikan informasi tidak berdasarkan fakta tetapi lebih bertujuan
untuk memberikan perasaan senang.
c. Mengalihkan pembicaraan mengenai hal-hal
yang mengancam kepada hal-hal yang kurang mengancam
d. Membuat penlaian terhadap perilaku klien
berdasarkan sistem nilai yang dianut perawat
e. Menunjukkan perilaku yang berfokus pada
diri perawat
f. Memberikan pengarahan atau petunjuk yang
harus diikuti dengan mengabaikan kemampuan klien, dan menganggap klien tidak
mampu mengatasi masalahnya.
g. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan
tanpa memperhatikan perasaan klien
h. Memberikan komentar klise dengan kata-kata
secara spontan tanpa tujuan yang jelas (Suarli dan Bahtiar, 2010).
2.1.7
Faktor yang
Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
Menurut Suarli dan
Bachtiar (2010), ada dua factor yang mempengaruhi kinerja yaitu motivasi dan
lingkungan.
a.
Motivasi
Fungsi manajer dalam meningkatkan kinerja staf didasarkan pada
factor-faktor motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi:
1)
Keinginan akan adanya peningkatan
2)
Rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi
3)
Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilia-nilai yang diperlukan
4)
Adanya umpan balik
5)
Adanya kesempatan untuk mencoba pendekatan baru dalam
melakukan pekerjaan
6)
Adanya instrument kinerja untuk promosi, kerja sama dan
peningkatan penghasilan
Kebutuhan seseorang
untuk mencapai prestasi merupakan kunci dalam motivasi. Motivasi seseorang akan
timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat
umpan balik dari hasil yang diberikan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga
memegang peran penting dalam kinerja seseorang. Faktor lingkungan tersebut
meliputi komunikasi, potensi pengembangan, dan kebijakan individual. Faktor
lingkungan tersebut meliputi :
1)
Komunikasi, berupa penghargaan terhadap usaha yang e dilakukan, pengetahuan
tentang kegiatan organisasi dan rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen
organisasi
2)
Potensi pengembangan. Kesempatan untuk
berkembang, meningkatkan karier dan mendapatkan promosi, dukungan untuk tumbuh
dan berkembang seperti pelatihan
3)
Kebijakan individual, yaitu tindakan untuk
mengakomodasi kebutuhan individu seperti jadwal kerja, liburan, cuti sakit,
serta pembiayaan
2.1.8
Teknik
Komunikasi Terapeutik
Dalam menanggapi respon yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan
berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1.
Bertanya, dapat mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan pikirannya
2.
Mendengarkan, merupakan proses aktif dan penerimaan
informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima
3.
Mengulang, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang
telah diekspresikan oleh pasien. Hal ini menunjukkan bahwa perawat sedang
mendengarkan dan memvalidasi, menguatkan dan mengembalikan perhatian klien pada
sesuatu yang telah diucapkan
4.
Klarifikasi, yaitu menjelaskan kembali ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti ungkapannya
5.
Refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien, dengan tujuan untuk memvalidasi
pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati,
minat dan penghargaan terhadap klien.
6.
Memfokuskan, bertujuan memberi kesempatan kepada klien
untuk menambah masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian
tujuan
7.
Diam, digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat
8.
Memberi informasi, merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien
9.
Menyimpulkan, adalah teknik komunikasi yang membantu
klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien
10. Mengubah
cara pandang, untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat
seseuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja
11. Eksplorasi,
untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami
klien
12. Membagi
persepsi, yaitu meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan
13. Mengidentifikasi
tema, perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan mampu
menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut
14. Humor,
dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan
darah dan nadi
15. Memberi
pujian, merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika
berinteraksi dengan perawat, untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan
perilaku klien (Suryani, 2006).
Perawat seringkali mengembangkan komunikasi yang berorientasi pada tugas,
bukan berfokus pada klien. Konsekuensinya perawat membatasi klien untuk
mengungkapkan perasaan dan masalahnya. Karena itu, perawat perlu memahami
teknik komunikasi yang tepat dalam berkomunikasi dengan klien. Disamping itu,
perawat juga perlu mempelajari teknik komunikasi yang kurang tepat agar tidak
menggunakannya ketika berkomunikasi dengan pasien. Teknik komunikasi yang
kurang tepat tersebut adalah :
a.
Memberi jaminan, walaupun tujuannya untuk menenangkan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidak percayaan pasien, jika apa yang dikatakan
perawat tersebut tidak benar.
b.
Memberikan penilaian, karena dapat mengakibatkan pasien
merasa bahwa perawat mengabaikan perasaan pasien atau merendahkan dirinya
c.
Memberikan komentar klise / itu-itu saja/ terlalu umum, karena bisa
menyebabkan klien bosan atau ragu apakah perawat benar-benar mendukung apa yang
telah dilakukannya
d.
Memberi saran, apabila saran tidak mampu mengatasi
masalah maka klien akan menyalahkan perawat
e.
Mengubah pokok pembicaraan, konsekuensinya perawat
gagal menggali masalah klien yang sebenarnya, sehingga masalah pasien tidak
teratasi
f.
Defensif, karena sebetulnya perawat sedang menutupu
kekurangan atau kelemahannya. Respon defensive juga menunjukkan bahwa perawat
kurang peduli dengan kebutuhan pasien (Suryani, 2006).