BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Latihan rentang gerak (Range of Motion)
merupakan rehabilitasi yang bertujuan sebagai pencegahan dan pengoreksi suatu
kemunduran dari sistem muskuloskeletal (Sandra S. at al, 1985). Klien yang
dirawat dengan reposisi beserta immobilisasi lamanya sesuai dengan terjadinya
kalus fibrosa (Win de Jong, 1997) dalam keadaan immobilisasi ini, maka
otot-otot dan sendi-sendi tidak dapat bergerak untuk waktu yang lain (Soeharso,
R, 1982), akan terjadi beberapa respon tubuh yaitu perubahan pada sistem
muskuloskeletal berupa penurunan kekuatan dan massa otot.
Individu dengan immobilisasi selama satu minggu
akan menurun kekuatan otot 20% dan dapat menimbulkan kontraktur, dekubitus dan
juga pneumonia (Hettinger dan Muller). Untuk mencegah kemampuan komplikasi yang
ditimbulkan maka diberikan latihan rehabilitas sedini mungkin pada waktu
memberikan Asuhan keperawatan. Latihan rehabilitas ini dapat dilakukan dengan
latihan rentang gerak pasif ( Pasif Range of Motion) dan latihan rentang
gerak aktif ( Aktif Range of Motion) (Sandra,et,al, 1985).
Range of motion( ROM ) adalah
gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
(Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau
dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian
secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM
juga memiliki klasifikasi, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi
dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui
hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang pengertian ROM
2.
Untuk mengetahui tentang tujuan ROM
3.
Untuk mengetahui tentang manfaat ROM
4.
Untuk mengetahui tentang prinsip latihan ROM
5.
Untuk mengetahui tentang jenis-jenis ROM
6.
Untuk mengetahui tentang indikasi sasaran ROM
7.
Untuk mengetahui tentang kontraindikasi ROM
8.
Untuk mengetahui tentang keterbatasan dalam
latihan ROM
9.
Untuk mengetahui tentang macam-macam gerakan
ROM
10.
Untuk Mengetahui Prosedur ROM
11.
Untuk mengetahui tentang pemeriksaan kekuatan
otot
12.
Untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan MMT
13.
Untuk mengetahui tentang kriteria hasil MMT
C.
Manfaat
1.
Agar dapat mengetahui
tentangpengertian ROM
2.
Agar dapat mengetahui
tentang tujuan ROM
3.
Agar dapat mengetahui
tentang manfaat ROM
4.
Agar dapat mengetahui
tentang prinsip latihan
ROM
5.
Agar dapat mengetahui
tentang jenis-jenis ROM
6.
Agar dapat mengetahui
tentang indikasi
sasaran ROM
7.
Agar dapat mengetahui
tentang kontraindikasi
ROM
8.
Agar dapat mengetahui
tentang keterbatasan
dalam latihan ROM
9.
Agar dapat mengetahui
tentang macam-macam
gerakan ROM
10.
Agar dapat mengetahui
tentang prosedur ROM
11.
Agar dapat mengetahui
tentang pemeriksaan
kekuatan otot
12.
Agar dapat mengetahui
tentang tentang proses
pelaksanaan MMT
13.
Agar dapat mengetahui
tentang tentang
kriteria hasil MMT
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian ROM
(Range Of Motion)
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital,
transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh
dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan
frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan
ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan
dibatasi oleh ligamen,otot,dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah
spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi
dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada
potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai)
dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah
pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan
dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang
gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam mengumpulkan data
tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena
penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu
latihan rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit
melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat
sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang
geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi,
kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Pengertian ROM lainnya
adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion
(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B.
Tujuan ROM
(Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.
Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas
dan kekuatan otot
2.
Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3.
Mencegah kekakuan pada sendi
4.
Merangsangsirkulasidarah
5.
Mencegahkelainanbentuk,
kekakuandankontraktur
C.
Manfaat ROM
(Range Of Motion)
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.
Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan
otot dalam melakukan pergerakan
2.
Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3.
Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4.
Memperlancar sirkulasi darah
5.
Memperbaiki tonus otot
6.
Meningkatkan mobilisasi sendi
7.
Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
D.
Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1.
ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan
minimal 2 kali sehari
2.
ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga
tidak melelahkan pasien.
3.
Dalam merencanakan program latihan ROM,
perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan
latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan
pergelangan kaki.
5.
ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau
hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6.
Melakukan ROM
harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di
lakukan.
E.
Jenis-jenis ROM
(Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.
ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang
dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat
memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).Kekuatan
otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2.
ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang
lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif).Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien
dengan paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot oranglain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM
pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
F.
Indikasi dan
Sasaran ROM
1.
ROM Aktif :
a.
Indikasi :
1)
Pada saat pasien
dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik
dengan bantuan atau tidak.
2)
Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan
tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan
melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak
primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
3)
ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan
aerobik.
4)
ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi
ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
b.
Sasaran :
1)
Apabila tidak terdapat inflamasi dan
kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.
2)
Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif
dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
3)
Sasaran spesifik:
a)
Memelihara elastisitas dan kontraktilitas
fisiologis dari otot yang terlibat
b)
Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang
berkontraksi
c)
Memberikan rangsangan untuk tulang dan
integritas jaringan persendia
d)
Meningkatkan sirkulasi
e)
Mengembangkan koordinasi dan keterampilan
motorik
2.
ROM Pasif
a. Indikasi :
1)
Pada daerah
dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif
akan menghambat proses penyembuhan
2)
Ketika pasien
tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b. Sasaran :
1) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan
ikat
2) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4) Membantu kelancaran sirkulasi
5) Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi
tulang rawan serta difusi persendian
6) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7) Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan
operasi
8) Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak
dari pasien
G.
Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus
diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus
diwaspadai pada latihan ROM
1.
Latihan ROM
tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan
cedera.Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang
bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap
penyembuhan dan pemulihan. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat
gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
2.
ROM tidak boleh
dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening).
ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada
sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan
lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan
yang ketat
H.
Keterbatasan dalam Latihan ROM
1.
ROM Aktif
a.
Untuk otot yang
sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
b.
Tidak akan
mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan menggunakan pola
gerakan.
2.
ROM Pasif
ROM Pasif tidak
dapat :
a. Mencegah atrofi otot
b. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
c. Membantusirkulasi
I.
Prosedur ROM
1.
Cuci tangan
untuk mencegah transfer dari organism.
2.
Jaga privasi klien
dengan menutup pintu atau memasangb sketsel
3.
Beri penjelasan
kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan mintalah klien untuk bekerja sama
4.
Atur ketinggian
bed yang sesuai agar memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah
pada body alignmen dan pergunakanlah selalu perinsip-perinsip body mekanik
5.
Posisikan klien
dengan posisi supinasi dekat dengan perawat, dan buka bagian tubuh yang akan
digerakkan
6.
Rapatkan kedua
kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing tubuh
7.
Kembalilah pada
posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-masing gerakan 3 kali
8.
Selama latihan
pergerakan kaji pada :
a.
Kemampuan untuk
mentoleransi gerakan
b.
Rentang gerak (
ROM ) dari masing-masing persendian yang bersangkutan
9.
Setelah latihan
pergerakan kaji pada denyut nadi dan ketahanan
terhadap latihan
10.
Catat dan
laporkan setiap terdapat masalah-masalah yang tidak diharapkan atau terjadi
perubahan-perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan
kontraktur.
J.
Macam-macam Gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan
ROM, yaitu :
1.
Fleksi, yaitu
berkurangnya sudut persendian.
2.
Ekstensi, yaitu
bertambahnya sudut persendian
3.
Hiperekstensi,
yaitu ekstensi lebih lanjut.
4.
Abduksi, yaitu
gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5.
Adduksi, yaitu
gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6.
Rotasi, yaitu
gerakan memutari pusat dari tubuh
7.
Eversi, yaitu perputaran
bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
8.
Inversi, yaitu
putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
9.
Pronasi, yaitu
pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10.
Supinasi, yaitu
pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11.
Oposisi, yaitu
gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut :
1.
Leher, Spina,
Serfikal
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Menggerakan dagu
menempel ke dada,
|
rentang 45°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan kepala ke
posisi tegak,
|
rentang 45°
|
Hiperektensi
|
Menekuk kepala ke
belakang sejauh mungkin,
|
rentang 40-45°
|
Fleksi lateral
|
Memiringkan kepala
sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu,
|
rentang 40-45°
|
Rotasi
|
Memutar kepala sejauh
mungkin dalam gerakan sirkuler,
|
rentang 180°
|
2.
Bahu
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Menaikan lengan dari
posisi di samping tubuh ke depan ke posisi
di atas kepala,
|
rentang 180°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan lengan ke
posisi di samping tubuh,
|
rentang 180°
|
Hiperektensi
|
Mengerkan lengan
kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
|
rentang 45-60°
|
Abduksi
|
Menaikan lengan ke
posisi samping di atas kepala dengan telapak
tangan jauh dari kepala,
|
rentang 180°
|
Adduksi
|
Menurunkan lengan ke
samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin,
|
rentang 320°
|
Rotasi dalam
|
Dengan siku pleksi,
memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan
ke belakang,
|
rentang 90°
|
Rotasi luar
|
Dengan siku fleksi,
menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
|
rentang 90°
|
Sirkumduksi
|
Menggerakan lengan
dengan lingkaran penuh,
|
rentang 360°
|
3.
Siku
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Menggerakkan siku
sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu,
|
rentang 150°
|
Ektensi
|
Meluruskan siku dengan
menurunkan tangan,
|
rentang 150°
|
4.
Lengan bawah
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Supinasi
|
Memutar lengan bawah dan
tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas,
|
rentang 70-90°
|
Pronasi
|
Memutar lengan bawah
sehingga telapak tangan menghadap ke bawah,
|
rentang 70-90°
|
5. Pergelangan tangan
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Menggerakan telapak
tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah,
|
rentang 80-90°
|
Ekstensi
|
Mengerakan jari-jari
tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan
bawah berada dalam arah yang sama,
|
rentang 80-90°
|
Hiperekstensi
|
Membawa permukaan tangan
dorsal ke belakang sejauh mungkin,
|
rentang 89-90°
|
Abduksi
|
Menekuk pergelangan
tangan miring ke ibu jari,
|
rentang 30°
|
Adduksi
|
Menekuk pergelangan
tangan miring ke arah lima jari,
|
rentang 30-50°
|
6.
Jari- jari
tangan
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Membuat genggaman,
|
rentang 90°
|
Ekstensi
|
Meluruskan jari-jari
tangan,
|
rentang 90°
|
Hiperekstensi
|
Menggerakan jari-jari
tangan ke belakang sejauh mungkin,
|
rentang 30-60°
|
Abduksi
|
Mereggangkan jari-jari
tangan yang satu dengan yang lain,
|
rentang 30°
|
Adduksi
|
Merapatkan kembali
jari-jari tangan,
|
rentang 30°
|
7.
Ibu jari
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Mengerakan ibu jari
menyilang permukaan telapak tangan,
|
rentang 90°
|
Ekstensi
|
menggerakan ibu jari
lurus menjauh dari tangan,
|
rentang 90°
|
Abduksi
|
Menjauhkan ibu jari ke
samping,
|
rentang 30°
|
Adduksi
|
Mengerakan ibu jari ke
depan tangan,
|
rentang 30°
|
Oposisi
|
Menyentuhkan ibu jari ke
setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
|
-
|
8. Pinggul
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Mengerakan tungkai ke
depan dan atas,
|
rentang 90-120°
|
Ekstensi
|
Menggerakan kembali ke
samping tungkai yang lain,
|
rentang 90-120°
|
Hiperekstensi
|
Mengerakan tungkai ke
belakang tubuh,
|
rentang 30-50°
|
Abduksi
|
Menggerakan tungkai ke
samping menjauhi tubuh,
|
rentang 30-50°
|
Adduksi
|
Mengerakan tungkai
kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin,
|
rentang 30-50°
|
Rotasi dalam
|
Memutar kaki dan tungkai
ke arah tungkai lain,
|
rentang 90°
|
Rotasi luar
|
Memutar kaki dan tungkai
menjauhi tungkai lain,
|
rentang 90°
|
Sirkumduksi
|
Menggerakan tungkai
melingkar
|
-
|
9.
Lutut
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Mengerakan tumit ke arah
belakang paha,
|
rentang 120-130°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan tungkai
kelantai,
|
rentang 120-130°
|
10.
Mata kaki
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Dorsifleksi
|
Menggerakan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
|
rentang 20-30°
|
Plantarfleksi
|
Menggerakan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah,
|
rentang 45-50°
|
11.
Kaki
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Inversi
|
Memutar telapak kaki ke
samping dalam,
|
rentang 10°
|
Eversi
|
Memutar telapak kaki ke
samping luar,
|
rentang 10°
|
12. Jari-Jari Kaki
Gerakan
|
Penjelasan
|
Rentang
|
Fleksi
|
Menekukkan jari-jari
kaki ke bawah,
|
rentang 30-60°
|
Ekstensi
|
Meluruskan jari-jari
kaki,
|
rentang 30-60°
|
Abduksi
|
Menggerakan jari-jari
kaki satu dengan yang lain,
|
rentang 15°
|
Adduksi
|
Merapatkan kembali
bersama-sama,
|
rentang 15°
|
K.
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan
dengan menggunakan pengujian otot secara manual (manual muscle testing, MMT).Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara
volunteer.Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan
volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan
membantu penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu
yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa
penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan
alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan
otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan
penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
Pengkajian keseimbangan untuk lansia :
1.
perubahan
posisi atau gerakan keseimbangan
· bangundari
kursi ( dimasukkan dalam analisis )* tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan , tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
kebagian depan kursi terlebih dahulu , tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali.
· Duduk ke kursi
( dimasukkan dalam analisis )* Menjatuhkan diri di kursi , tidak duduk di
tengah kursi
Keterangan ()*
: kursi yang keras dan tanpa lengan
· Menahan
dorongan pada seternum ( pemeriksa mendorong sternum perlahahn-lahan sebanyak 3
kali )
· Menggerakkan
kaki, memegang obyek untuk dukungan , kaki tidak menyentuh sisi sisi nya
· Mata tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan
pasien tentang input penglihatan untuk keseimbangannya)
· Perputaran
leher
Menggerakkan kaki , menggenggam obyek untuk
dukungan , kaki tidak menyentuh sisi-sisinya , keluhan vertigo , pussing atau
keadaan tidak stabil.
· Gerakan
mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk mengapai sesuatu dengan bahu
fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil,
memegang sesuatu untuk dukungan
· Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk, un tuk mengambil
obyek-obyek kecil(missal: pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bias
berdiri lagi, memerlukan usaha-usha multiple untuk bangun.
2. komponen gaya berjalan atau gerakan
· minta klien
untuk berjalan pada tempat yang ditentukan= ragu-ragu, tersandung, memegang
obyek untuk dukungan.
· Ketinggian
langkah kaki(melangkah kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara
konsisten(mengeser atau mnyeret kaki), menggakat kaki terlalu tinggi( > 2
inchi).
· Kontinuitas
langkah kaki( lebih baik dioverfasi dari samping pasien )
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten
memulai mengangkt satu kaki sementarakaki yang lain menyentuh lantai.
· Kesimetrisan
langkah ( lebih baik diobservasi dari sampingpasien )
Panjangnya langkah yang tidak sama( sisi yang
patologis biasanya memilki langkah yang lebih panjang : masalah terdapat pada
pinggul, lutut, pergelangang kaki atau otot sekitarnya ).
· Pengyimpangan
jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari belakang klaen )
Tidak berjalan
dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
· Berbalik
Berhenti
sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk dukungan.
L.
Proses Pelaksanaan MMT
1.
Lansia
diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan
kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan
mudah diobservasi.
2.
Bagian tubuh
yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3.
Berikan
penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.
Lansia
mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.
5.
Selama terjadi
kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau
perut otot.
6.
Memberikan
tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi penuh dan
dengan melawan gravitasi.
7.
Melakuakan pencatatan
hasil MMT
M.
Kriteria hasil pemeriksaan MMT
1.
Normal (5)
mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan
tahanan maksimal.
2.
Good (4) mampu
bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan
sedang (moderat).
3.
Fair (3) mampu
bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.
4.
Poor (2) mampu
bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
5.
Trace (1) tidak
ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6.
Zero (0)
kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga
tidak melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan
umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan
pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami
proses penyakit serta harus sesuai waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus
memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak
terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.
B.
Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua
Pelayan Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahamitentang ROM
beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1995)Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006)Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi
4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol (1996) Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi
Medis
.Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.